IBING PENCA DAN BELADIRI PENCAK SILATANTARA KEMBANG DAN BUAH
1. Pendahuluan
Di Jawa Barat, di samping dikenal adanya pencak sebagai bela diri, yang disebut dengan buah atau eusi (isi), dikenal pula pencak silat kembang (bunga) atau ibing penca (tari pencak). Begitu eratnya hubungan batin masyarakat Jawa Barat dengan seni pencak silat (kembang),
hingga banyak anggota masyarakat Jawa Barat yang menghubungkan kata
pencak tidak dengan bela diri, akan tetapi dengan Ibing Penca.
Istilah
Ibing Penca memang berasal dari Jawa Barat. Secara harfiah Ibing Penca
dapat diterjemahkan menjadi Tari Pencak. Tapi para tokoh pencak silat
di Jawa Barat kurang setuju jika ibing penca disebut tari pencak,
karena kata tari cenderung lebih menitik beratkan pada unsur tarinya,
yaitu suatu seni yang menampilkan keindahan gerak meskipun gerakannya
diambil dari unsur-unsur pencak silat. Sedangkan ibing penca lebih
menitikberatkan pada unsur pencak silat, yaitu gerak yang memiliki
fungsi serang bela, walaupun tidak dapat disangkal di dalamnya juga
mengandung unsur-unsur keindahan.
Ada sebagian orang berpendapat
bahwa Ibing Penca adalah bagian dari pencak silat dan bisa digunakan
sebagai software untuk membela diri jika dilatih dengan rutin, namun
ada juga yang berpendapat bahwa Ibing Penca bukanlah pencak silat,
melainkan hanya sebatas seni tari dalam bentuk gerakan pencak silat dan
tidak bisa digunakan untuk membela diri meskipun dilatih dengan serius
dan tekun. Di sisi lain ada juga yang berpendapat bahwa belajar Ibing
Penca jika mengerti aplikasi dari setiap gerakan akan bisa dijadikan
alat membela diri, sebab Ibing Penca merupakan gabungan rangkaian gerak
membela diri hanya saja di iringi musik (jika dipertontonkan), namun
dalam praktik latihan sehari-harinya tidak.
Dari sinilah timbul
persoalan, apakah sebenarnya Ibing Penca berguna untuk membela diri
atau hanya sekedar tarian yang tidak ada hubungannya dengan kemahiran
beladiri.
2. Pencak Silat dan Tari
Pencak
silat di Indonesia memiliki bermacam bentuk dan ragam yang lahir,
hidup dan berkembang di masing-masing aliran dan perguruan pencak
silat. Pada mulanya pencak silat diciptakan untuk membela diri, namun
dalam perkembangannya, pencak silat dapat juga dijadikan sebagai sumber
keindahan bentuk, gerak, irama dan ekspresi yang melukiskan adegan
serang bela menggunakan tangan kosong maupun senjata.
Pencak
silat dan tari merupakan satu ekspresi yang berkaitan dan saling
mengisi, karena keduanya menggunakan tubuh manusia sebagai materi
pokok, di samping ketajaman pikiran dan perasaan yang selalu
berdampingan sewaktu melaksanakan pencak silat atau menari, ditambah
dengan ketahanan fisik dan keuletan menggarap teknis pencak silat dan
tari. Banyak pakar tari yang merasakan kebutuhan untuk belajar pencak
silat yang ternyata besar sekali manfaatnya bagi seorang penari.
Persamaan
Pencak dan tari adalah keduanya menggunakan tubuh beserta
bagian-bagian dari anggota badan manusia sebagai materi utama.
Pembinaan fisik dan ekspresi banyak persamaannya, hanya penggunaannya
yang berbeda. Pencak silat adalah olah tubuh dari rasa yang
dipergunakan untuk membela diri, sedangkan tari adalah olah tubuh untuk
mengekspresikan suatu keindahan yang bersifat spiritual dan melahirkan
suasana yang semuanya lahir karena tradisi atau dari jiwa para
seniman.
Pembinaan tubuh dan penguasaaan teknik gerak untuk
pencak silat dan tari membutuhkan waktu dan ketekunan berlatih fisik
secara kontinyu, karena ketahanan fisik merupakan syarat utama.
Ketahanan dari teknik pernafasan, keterampilan gerak, juga keindahan
gerak dan keluwesannya ada di dalam pencak silat dan tari. Gerak berat,
ringan, tegang, lemah, cepat, pelan, dan berirama merupakan
sarana-sarana latihan teknik tubuh yang harus dilaksanakan dengan baik
dan teratur bagi seorang pesilat dan penari.
Keindahan langkah
kaki, gerak tangan kontinyu, posisi yang pasti, ketenangan dan
ledakan-ledakan ekspresi gerak di samping kelembutan ada pada pencak
silat dan tari. Maka pengaruh timbal balik antara pencak sebagai
beladiri dengan tari telah ada pada seni tari di Indonesia.
3. Asal Mula Ibing Penca
Sejak
kapan dan apa yang melatarbelakangi munculnya ibing penca? Hal ini
memerlukan penelitian yang mendalam. Ada beberapa sumber yang mengatakan
bahwa ibing penca diciptakan sebagai kamuflase dari beladiri yang
dilarang pada zaman penjajahan Belanda, di mana dinyatakan bahwa pada
saat itu para pendekar yang ingin menyebarkan pencak silat terbentur
pada larangan yang dikeluarkan oleh pemerintahan kolonial, sehingga
untuk menyiasatinya dibuatlah ibing penca agar pencak silat tetap boleh
diajarkan. Ibing penca ditampilkan kepada masyarakat umum sedangkan
beladirinya tetap diajarkan secara sembunyi-sembunyi. Untuk kasus-kasus
tertentu hal ini mungkin ada benarnya, namun bagi kasus yang lain
pendapat ini belum tentu tepat.
Pada awalnya aspek pencak silat
yang pertama lahir adalah aspek beladiri. Situasi dan kondisi pada suatu
masa secara alamiah menyebabkan manusia selalui menyesuaikan diri
dengan alam dan lingkungannya,� naluri untuk menjaga eksistensi diri dan
kelompoknya menimbulkan upaya agar kelompoknya lebih kuat dari
kelompok yang lain. Bersama itu pula timbul kebutuhan untuk menciptakan
alat pembelaan diri yang efektif, mulai dari menciptakan senjata dan
menciptakan berbagai teknik perkelahian. Pada suatu masa yang
mengharuskan orang mampu membela diri secara fisik, menyebabkan tumbuh
suburnya bebagai jenis aliran beladiri. Dalam hal ini aliran-aliran
pencak silat.
Namun perlu diingat bahwa selain memiliki naluri
mempertahankan diri, manusia pun memiliki naluri untuk menyukai
keindahan. Dari berbagai hal yang ada di sekelilingnya, manusia mampu
menciptakan berbagai bentuk keindahan melalui seni. Ketika manusia
menemukan alat yang dapat digunakan sebagai senjata, dengan alat itu
pula mereka menciptakan karya seni pahatan. Ketika manusia memahami
adanya nada dalam bunyi, maka manusia menciptakan musik dan nyanyian.
Demikian pula halnya ketika di menyadari bahwa di dalam gerak terdapat
keindahan, maka muncullah berbagai jenis tarian. Dari mana inspirasi
membuat tarian itu? Salah satunya adalah dari teknik beladiri yang telah
dikuasai sebelumnya. Ketika pencak silat tidak banyak lagi digunakan
sebagai alat untuk membela diri, maka aspek lain dapat digali, seperti
aspek olah raga dan seni. Dari sinilah ibing penca itu muncul. Ia
tercipta dari kebutuhan manusia yang gandrung akan keindahan melalui
medium gerak.
Di Jawa Barat pencak silat banyak mempengaruhi
kesenian lain, khususnya tari rakyat. Contoh seni yang dipengaruhi
pencak silat: Ketuk Tilu, Jaipongan, Cikeruhan, Sisingaan, Kuda
Renggong. Pada awalnya ketika seorang pria sedang kaul Ketuk tilu, maka
gerakan yang digunakan adalah gerak improvisasi yang diambil dari
jurus-jurus pencak silat
Banyak koreografer tari yang memiliki
latar belakang pencak silat, di antaranya adalah R. Tjetje Somantri,
maestro Tari Keurseus, dan Gugum Gumbira, maestro Jaipongan. Dengan
dasar pemikiran bahwa pencak silat merupakan salah satu sumber bagi
jenis kesenian lainnya, maka STSI (Sekolah Tinggi Seni Indonesia)
Bandung memasukkan mata kuliah pencak silat selama 4 SKS dalam dua
semester.
Meskipun Ketuk Tilu, Jaipongan atau jenis kesenian
lainnya bersumber dari gerakan pencak silat tetapi tidak otomatis
disebut sebagai tari pencak silat, karena fungsinya sudah berbeda yakni
menjadi alat hiburan semata. Berbeda halnya dengan Ibing Penca, bagi
perguruan pencak silat yang di dalamnya terdapat materi Ibing Penca,
tentu saja ibing penca dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari ilmu pencak silat.
Jika kita melihat berbagai jenis aliran
pencak silat buhun, jarang sekali di dalamnya terdapat pelajaran ibing
penca (kecuali Cimande). Hal ini membuktikan bahwa pada awalnya
aliran-aliran pencak silat lebih mengutamakan aspek beladiri daripada
aspek seni. Atau dengan kata lain ibing penca muncul belakangan setelah
ada beladiri pencak silat.
Seni Ibing Penca tumbuh subur
berkembang di perguruan pencak silat, bukan di aliran asalnya. Sebagai
contoh, aliran Cikalong tidak mengenal ibing penca, tetapi Gan Didi
Muhtadi, salah seorang tokoh Maenpo Cikalong dari Pasar Baru Cianjur
melalui perguruannya Pusaka Siliwangi mengembangkan ibing penca sehingga
Gan Didi lebih dikenal sebagai guru ibing penca dari pada guru maenpo.
Kemampuannya dalam menciptakan dan mengajarkan ibing penca merupakan
hal yang jarang ditemui pada guru-guru maenpo di Cianjur yang hidup
pada masa itu.
Contoh yang lain, Himpunan Pencak Silat Panglipur
yang didirikan Abah Aleh adalah perguruan yang sekarang dikenal dengan
kekayaan dan keindahan dalam ibing penca, padahal dari sejarah
Panglipur dapat dilihat bahwa guru-guru Abah Aleh adalah pendekar dari
berbagai aliran pencak silat yang mumpuni dalam aspek beladiri, bukan
dalam aspek seni. Namun Abah Aleh sendiri yang mengolahnya menjadi
berbagai bentuk ibing penca.
Ibing penca dapat berkembang di
perguruan bukan di aliran pencak silat, hal ini terjadi karena biasanya
pada suatu aliran pencak silat sudah terdapat aturan baku baik dari
segi filosofis maupun teknis yang tidak boleh diubah, ditambah maupun
dikurangi oleh para pengikutnya. Berbeda halnya dengan di perguruan
pencak silat yang dipimpin oleh pendekar yang biasanya sudah
mempelajari berbagai aliran, sehingga memiliki wawasan yang luas dan
tidak terlalu kaku dalam mengembangkan pencak silat. Di dalam suatu
perguruan biasanya teknik-teknik dari berbagai aliran selain tetap
dipertahankan keasliannya namun tidak menutup kemungkinan kemudian
dicoba dicampur sehingga menjadi bentuk baru yang menjadi ciri khas
perguruan itu. Di sinilah banyak terjadi pengolahan teknik, termasuk
pengolahan aspek seni dalam bentuk ibing penca.
4. Jurus yang Terdapat dalam Ibing Penca
Di
dalam ibing penca terdapat jurus-jurus pencak silat. Namun, sebenarnya
jenis jurus seperti apa yang digunakan dalam ibing penca? Pertama-tama
harus dibedakan terlebih dahulu antara Gerak Dasar, Jurus Dasar, Jurus Inti, dan Jurus Kajadian.
Gerak Dasar
adalah unsur yang paling kecil dalam suatu gerak. Misalnya ketika
seorang pesilat melakukan satu gerak langkah serong sambil melakukan
tangkisan sekaligus pukulan, maka di dalamnya terdapat beberapa gerak
dasar, yaitu kuda-kuda serong, langkah serong, tangkisan, dan pukulan.
Jurus Dasar
adalah jurus yang digunakan pada tahap awal berlatih di suatu
perguruan atau aliran sebagai fondasi untuk materi lanjutan. Satu jurus
dasar bisa terdiri dari satu gerakan, satu rangkaian pendek, bahkan
bisa juga berupa rangkaian panjang. Sifat dari jurus dasar ini terbagi
menjadi dua, yaitu:
Jurus Inti, yang di dalamnya
terdapat prinsip-prinsip atau kaidah pencak silat yang dianut oleh suatu
aliran atau perguruan. Sepintas jurus inti tidak bisa diduga bagaimana
aplikasinya dalam suatu perkelahian tanpa keterangan dari guru.
Biasanya jurus inti jumlahnya tidak terlalu banyak, namun dari jurus
yang sedikit itu aplikasinya menjadi tidak terbatas jumlahnya.Sebagai
contoh, aliran yang menggunakan jurus inti pada jurus dasarnya adalah
Sabandar Jurus Lima, Cikalong, Suliwa, Maenpo Peupeuhan, dan Timbangan.
Jurus Kajadian,
yaitu jurus dasar yang bisa langsung diaplikasikan dalam bentuk serang
bela. Biasanya jurus dasar seperti ini bisa langsung dilakukan oleh
dua orang pesilat yang saling berhadapan tanpa mengubah gerakan dari
jurus dasar tersebut. Contoh aliran atau perguruan yang menggunakan
metode ini adalah Cimande, Jurus Kajadian Maenpo, Panglipur, Pager
Kancana, dan Budhi Kancana.
Dari Jurus Inti sebenarnya bisa
dikembangkan menjadi berbagai Jurus Kajadian setelah jurus inti
tersebut diaplikasikan dalam teknik serang bela. Sebagai contoh, Rd.
Abad M. Sirod seorang tokoh maenpo Cikalong yang pada awalnya ia
menerima Jurus Inti dari gurunya (Rd. Busrin) namun kemudian menciptakan
27 Jurus Kajadian dan 3 Jurus Maksud dengan alasan untuk
mempermudah proses belajar mengajar. Menurutnya, dengan mengajarkan
Jurus Kajadian murid-muridnya bisa langsung mengerti aplikasi dari
setiap jurusnya.
Jadi Ibing Penca sebenarnya adalah rangkaian
jurus kajadian yang disusun sedemikian rupa sehingga memenuhi unsur
estetika tanpa meninggalkan makna serang bela dalam setiap gerakannya.
Ibing penca yang baik harus dapat menggambarkan suatu bentuk teknik
perkelahian seolah-olah pesilat tersebut sedang berhadapan dengan lawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar