Macam macam jurus yang dipakai ibing
Di dalam Ibing Penca di Jawa Barat terdapat pola koreografis yang umum, yaitu sebagai berikut:
1) Bagian pertama: Tepak Dua atau Paleredan, lebih memperlihatkan unsur keindahan.
2) Bagian kedua: Tepak Tilu atau Golempang, memperlihatkan teknik serang bela yang masih terikat pada ketukan irama.
3) Bagian ketiga: Padungdung, di sini pesilat berimprovisasi secara bebas sesuai dengan imajinasinya ketika itu.
Berdasarkan koreografi itu, ibing pencak adalah salah satu jenis kesenian yang kaya segi kreatifitasnya karena masing-masing perguruan memiliki gerakan ibing penca yang berbeda walaupun berpatokan pada irama yang sama. Dapat dipahami, ibing penca merupakan tari yang paling populer dan paling banyak penggemarnya di Jawa Barat.
Koreografi bagian pertama biasanya sangat kental dengan jurus-jurus yang berasal dari aliran Cimande, karena sifat geraknya lebih terbuka sehingga cocok dibawakan dengan tempo yang lambat. Contohnya adalah sebagai berikut:
- Tepak Dua Salancar
- Tepak Dua Sorong Dayung.
- Tepak Dua Buang Kelid.
- Tepak Dua Kampung Baru
- Paleredan Jalak Pengkor
- Paleredan Sawitan
- Paleredan Pancer Opat
Koreografi bagian kedua lebih banyak bersumber pada aliran Cikalong, Sabandar, dan Sera. Contohnya adalah sebagai berikut:
- Tepak Tilu Cikalong
- Tepak Tilu Jalan Muka
- Tepak Tilu Alip Bandul
- Tepak Tilu Peunggasan
- Tepak Tilu Gerak Seta
Koreografi bagian ketiga memperlihatkan jurus kajadian (jurus aplikasi) yang memperlihatkan teknik-teknik serang bela yang dilakukan dengan kecepatan yang sebenarnya dan yang pada awal perkembangannya bersifat improvisasi. Namun saat ini irama padungdung pun diisi dengan gerakan yang telah ditentukan sebelumnya, bukan improvisasi lagi. Contohnya adalah sebagai berikut:
- Si Pecut
- Pecah Alip
- Pecah Gunting
- Likuran
- Si Pitung
Saat ini banyak koreografi yang merupakan variasi atau gabungan dari aliran-aliran Cimande, Cikalong, Sabandar, Sera dan aliran yang lain. Ibing pencak yang banyak diajarkan di perguruan-perguruan pencak silat seperti di Panglipur, Pager Kancana, Kusuma Harapan, Domas, dan yang perguruan lainnya biasanya sudah merupakan olahan dari berbagai macam aliran yang dipelajari di perguruan yang bersangkutan.
Ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan dalam memperagakan ibing penca, yaitu:
Pertama, unsur kekayaan gerak (wiraga) yaitu kekayaan gerak atau jurus-jurus yang dimiliki oleh seorang pesilat selama belajar di perguruannya, sehingga penampilannya menjadi tidak monoton atau membosankan apabila tampil di atas pentas, terutama dalam pertandingan seni pencak silat. Tetapi apabila dalam acara spontanitas pada suatu hajatan misalnya, unsur kekayaan gerak tidak begitu diperhatikan pesilat. Yang penting pesilat mampu memperagakan gerakannya dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah pencak silat karena tidak terikat oleh sistem penilaian dari juri seperti dalam pelaksanaan pertandingan pencak silat seni.
Kedua, unsur irama (wirahma) atau musik, unsur inilah yang membedakan aspek seni dengan aspek yang lain dalam pencak silat. Seorang pengibing penca harus mampu menyerasikan gerak dengan musik pengiringnya. Pengolahan irama yang variatif dan dinamis memiliki nilai lebih bagi seorang pesilat dalam membawakan ibingannya.
Ketiga, unsur penjiwaan gerak (wirasa) yaitu salah satu unsur yang penting dimiliki oleh seorang pengibing penca. Penjiwaan gerak yang mantap sangat dipengaruhi oleh pemahaman pesilat terhadap setiap gerakan yang ditampilkannya. Oleh karena itu, pesilat dituntut harus menguasai arti dan makna gerak pencak silat yang sebenarnya, serta mengerti maksud dan tujuan dari jurus-jurus dan teknik-teknik pencak silat yang dipelajarinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar